Profil Desa Bumiharjo
Ketahui informasi secara rinci Desa Bumiharjo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Selamat datang di profil resmi Desa Bumiharjo, Borobudur, Magelang. Gerbang utama menuju spot sunrise Punthuk Setumbu & Gereja Ayam. Mengupas tuntas potensi wisata, Balkondes, UMKM, dan peran vital kami di Kawasan Candi Borobudur.
-
Lokasi Destinasi Ikonik
Desa Bumiharjo merupakan rumah bagi destinasi wisata kelas dunia, Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam (Bukit Rhema), yang tersohor dengan pemandangan matahari terbitnya yang magis dengan latar Candi Borobudur.
-
Pusat Ekonomi Pariwisata
Dengan infrastruktur modern seperti Balkondes (Balai Ekonomi Desa) dan jaringan homestay yang luas, pariwisata telah menjadi motor penggerak utama yang menopang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
-
Desa Penyangga Strategis Borobudur
Kami memegang peranan krusial sebagai desa penyangga Candi Borobudur, yang secara aktif mengelola dan mengembangkan potensi lokal untuk menangkap limpahan arus wisatawan demi kemandirian desa.
Selamat datang di Desa Bumiharjo, sebuah desa yang diberkahi dengan keindahan alam dan posisi strategis di jantung Kawasan Pariwisata Super Prioritas Candi Borobudur. Lebih dari sekadar desa tetangga, Bumiharjo merupakan destinasi dalam destinasi; sebuah gerbang utama bagi para pencari keindahan matahari terbit di Punthuk Setumbu dan penikmat keunikan arsitektur Gereja Ayam di Bukit Rhema. Berlandaskan semangat gotong royong dan inovasi, masyarakat kami telah bertransformasi, menyulap potensi alam menjadi sumber kesejahteraan berkelanjutan. Melalui profil ini, kami mengundang Anda untuk mengenal lebih dekat denyut kehidupan, geliat ekonomi dan pesona tak terlupakan dari Desa Bumiharjo.
Lokasi Premium di Jantung Kawasan Pariwisata Borobudur
Secara geografis, Desa Bumiharjo menempati posisi premium dengan luas wilayah 3,15 kilometer persegi. Letaknya yang berada di perbukitan Menoreh yang mengelilingi Candi Borobudur merupakan anugerah terbesar. Kontur wilayah yang berbukit-bukit inilah yang menciptakan titik-titik pandang sempurna, memungkinkan pengunjung menyaksikan panorama Candi Borobudur dari ketinggian, terbingkai oleh lautan kabut pagi dan semburat fajar. Posisi inilah yang menjadi aset paling berharga, membedakan Bumiharjo dari desa-desa lain di sekitarnya.Secara administratif, Desa Bumiharjo terdiri dari enam dusun, yaitu Dusun Kambengan, Karang Bunder, Kradenan, Barepan, Tanah Poteh, dan Kemiri. Setiap dusun memiliki peranannya masing-masing dalam mendukung ekosistem pariwisata desa. Kedekatan langsung dengan Candi Borobudur menjadikan desa ini sebagai zona penyangga vital. Kami tidak hanya menjadi penonton kemegahan warisan dunia tersebut, tetapi juga menjadi beranda depan yang menyambut dan memberikan pengalaman otentik pedesaan bagi jutaan wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya.
Demografi dan Transformasi Sosial Masyarakat
Desa Bumiharjo dihuni oleh sekitar 4.120 jiwa, menciptakan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.308 jiwa per kilometer persegi. Struktur demografis ini menunjukkan sebuah komunitas yang hidup dan dinamis. Dalam satu dekade terakhir, desa kami telah mengalami transformasi sosial dan ekonomi yang fundamental. Masyarakat yang dahulunya mayoritas berprofesi sebagai petani dan pekebun, kini telah beralih dan beradaptasi menjadi masyarakat pariwisata yang tangguh.Transformasi ini terlihat jelas dari perubahan mata pencaharian utama warga. Keterampilan bertani kini diimbangi dengan keahlian baru dalam bidang perhotelan, kuliner, pemandu wisata, dan manajemen destinasi. Generasi muda Bumiharjo tumbuh dengan kesadaran pariwisata yang tinggi, melihat peluang untuk berkarya dan membangun masa depan di tanah kelahiran mereka sendiri. Perubahan ini membawa dampak positif, meningkatkan pendapatan per kapita, membuka lapangan kerja yang luas, serta menumbuhkan semangat kewirausahaan di seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pengelola homestay hingga para pelaku UMKM kreatif.
Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam: Magnet Wisata Kelas Dunia
Dua nama, Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam, telah menempatkan Desa Bumiharjo di peta pariwisata global. Punthuk Setumbu, yang popularitasnya meroket setelah menjadi lokasi syuting film "Ada Apa Dengan Cinta? 2", menawarkan pengalaman yang disebut "Nirwana Sunrise". Dari puncak bukit ini, pengunjung dapat menyaksikan momen magis saat matahari terbit perlahan dari balik Gunung Merapi dan Merbabu, sementara Candi Borobudur yang megah tampak terapung di atas lautan kabut. Pemandangan sureal ini menjadi daya tarik utama yang mampu menarik ribuan pengunjung setiap paginya.Tidak jauh dari Punthuk Setumbu, berdiri sebuah bangunan unik yang dikenal sebagai Gereja Ayam atau Bukit Rhema. Bangunan berbentuk burung merpati bermahkota ini merupakan sebuah rumah doa lintas agama yang menawarkan perjalanan spiritual dan arsitektural yang menakjubkan. Pengunjung dapat naik hingga ke bagian mahkota untuk menikmati pemandangan 360 derajat ke arah perbukitan Menoreh, Candi Borobudur, dan pedesaan sekitarnya. Kedua destinasi ini dikelola secara profesional dengan melibatkan masyarakat lokal, memastikan bahwa manfaat ekonomi dari popularitasnya dapat dirasakan secara langsung oleh warga Desa Bumiharjo.
Balkondes dan Jaringan Homestay sebagai Pilar Ekonomi Modern
Untuk menunjang statusnya sebagai desa wisata premium, Bumiharjo didukung oleh infrastruktur pariwisata yang modern dan representatif. Salah satu pilar utamanya ialah Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Bumiharjo, yang dibangun atas dukungan dari BUMN PT Pertamina (Persero). Balkondes ini berfungsi sebagai pusat informasi, galeri UMKM, restoran, ruang pertemuan, dan memiliki beberapa unit penginapan berstandar tinggi. Kehadirannya menjadi hub utama bagi wisatawan yang mencari kenyamanan dan fasilitas modern, sekaligus menjadi etalase bagi produk-produk unggulan desa.Selain Balkondes, kekuatan ekonomi pariwisata Bumiharjo juga ditopang oleh jaringan homestay yang dikelola langsung oleh masyarakat. Ratusan rumah warga telah disulap menjadi penginapan yang nyaman dan bersih, menawarkan pengalaman tinggal bersama penduduk lokal yang otentik. Pertumbuhan pesat homestay ini merupakan cerminan dari semangat kewirausahaan masyarakat. Model ini menciptakan distribusi pendapatan yang merata, di mana keuntungan dari sektor pariwisata tidak terpusat, melainkan mengalir langsung ke rumah-rumah warga, memberdayakan ekonomi keluarga secara signifikan.
Geliat UMKM dan Ekonomi Kreatif
Efek domino dari berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai bidang. Ekonomi kreatif tumbuh subur, didorong oleh kebutuhan dan permintaan dari para wisatawan. Di sektor kuliner, puluhan warung makan dan kafe bermunculan di sekitar lokasi wisata dan di sepanjang jalan desa, menawarkan berbagai hidangan mulai dari masakan tradisional Jawa hingga menu-menu modern.Di sektor kerajinan, para perajin lokal memproduksi berbagai cinderamata unik, seperti miniatur Candi Borobudur, kaos, dan produk kriya lainnya yang terinspirasi dari kekayaan alam dan budaya setempat. Selain itu, sektor jasa juga berkembang pesat. Banyak pemuda desa yang kini berprofesi sebagai pemandu wisata profesional, penyedia jasa sewa jip dan skuter listrik untuk berkeliling desa, serta fotografer. Geliat UMKM ini menunjukkan bahwa pariwisata telah berhasil menciptakan ekosistem ekonomi yang lengkap dan mandiri di Desa Bumiharjo.
